Sintesis Senyawa Obat yang Memiliki Pusat Kiral.
A. Senyawa Kiral
Senyawa Kiral adalah
ketika empat ligan yang berbeda terikat kepada karbon tetravalent, menghasilkan
molekul asimetris yang mana atom karbon sebagai pusat asimetrisnya. Gambar
berikut menunjukkan dua isomer optik yang membuktikan adanya ligan yang berbeda
disekitar pusat kiral (Fanali S).
Enantiomer adalah dua stereoisomer yang
mana memperlihatkan tidak dapat dihimpitkan terhadap bayangan cerminnya.
Diastereomers pada umumnya memiliki paling tidak dua pusat asimetris (satu
diantaranya mempunyai konfigurasi yang sama) dan bukan merupakan bayangan
cerminnya. Sebagian besar umumnya pusat kiral adalah diwakili oleh karbon
tetrahedral, meskipun atom lain, seperti nitrogen, sulfur, dan phosphate, bisa
ditemukan dalam stereoisomer. Senyawa yang memiliki sedikitnya dua enantiomer
adalah senyawa kiral (Fanali S).
Sifat utama dari stereoisomer adalah
diwakili oleh perputaran cahaya terpolarisasi kearah yang berbeda, berlawanan
arah jarum jam (levo) dan searah jarum jam (dektro) atau L(-)- isomer dan D(-)-
isomer. Menurut ketentuan Fischer, secara luas senyawa gula dan asam amino
menggunakan symbol D dan L, dan hal ini berdasarkan pada perbandingan dengan
senyawa +(-)-gliseraldehide dan saat ini digunakan juga ketentuan
Cahn-Ingold-Prelog menggunakan R dan S.
Rotasi optik untuk dua enantiomer dalam
campuran rasemik adalah sama (tidak memutar arah cahaya polarisasi).
Sementara untuk diastereomer tidak sama dengan enantiomer, diastereomers
mungkin memiliki perbedaan titik didih, titik beku dan atau kelarutan
(Fanali S).
Pemisahan enantiomer dari rasemat,
dengan kata lain pemisahan rasemat, adalah masalah biasa dalam penelitian
stereokimia seperti halnya pada preparasi senyawa aktif biologi dalam obat.
Masalahnya adalah berbeda dengan diastereomer dan tipe jenis isomer lainnya,
enantiomer menunjukkan sifat fisika kimia yang sama (Davankov V.A.).
B. Penentuan Konfigurasi Enantiomer
(Cairns D, 2004)
1. Ketentuan Fischer
Dengan mengunakan
Proyeksi Fischer, sistem penggambaran konfigurasi gugus disekitar pusat kiral
yang berbeda (susunan ruang atom atau gugus yang menempel pada karbon kiral),
yaitu konvensi D dan L. Metode ini banyak digunakan dalam biokimia dan
kimia organik terutama untuk karbohidrat dan asam amino. Gliseraldehida
ditetapkan sebagai senyawa standar untuk menentukan konfigurasi semua
karbohidrat. Proyeksi Fischer terhadap gliseraldehida dengan rantai karbon
digambarkan secara vertical, dengan karbon yang paling teroksidasi (aldehid) berada
pada bagian paling atas. Gugus OH pada pusat kiral digambarkan pada sisi sebelah kanan untuk isomer D dan sisi sebelah kiri untuk isomer L. Ini berarti
setiap gula yang memiliki stereokimia yang sama dengan D-gliseraldehida
termasuk gula seri D (misalnya D-glukosa), sedangkan gula yang memiliki
stereokimia yang sama dengan L-gliseraldehida termasuk gula seri L.
Situasi ini
analog untuk asam amino, jika proyeksi Fischer digambarkan (rantai karbon
vertikal dengan atom karbon yang paling teroksidasi berada paling atas), maka
semua asam amino “alami” yang ditemukan dalam protein manusia, diketahui
memiliki gugus NH3+ pada posisi
sebelah kiri proyeksi Fischer, yang sama dengan L-gliseraldehida, sehingga
asam-asam amino ini dikenal sebagai asam amino seri L. Hal ini sangat
menguntungkan dan bermanfaat dibidang kesehatan, khususnya bidang Farmasi dalam
hal rancangan obat dengan uji toksisitas selektif, di mana diketahui asam amino
pada mikroorganisme memiliki konfigurasi yang berlawanan yaitu seri D, sebagai
contoh Penisillin yang menghambat enzim transpeptidase dalam
sintesis dinding sel mikroba, hal ini berhubungan dengan dipeptida
D-alanin-D-alanin dari dinding sel mikroba yang mirip dengan struktur
penisillin. Sehingga penisilin tidak toksik terhadap manusia yang memiliki
L-alanin dalam protein tubuh.
2. Ketentuan Cahn-Ingold-Prelog
Sistem yang paling sukses untuk
menunjukkan konfigurasi senyawa-senyawa umum adalah konvensi
Cahn-Ingold-Prelog. System ini menggunakan huruf R atau S untuk setiap pusat kiral
dalam molekul dan merupakan pilihan untuk menentukan konfigurasi pusat kiral
molekul obat. Penentuan setiap gugus yang melekat pada pusat kiral
berdasarkan nomor atom yang bersangkutan. Nomor atom yang lebih berat memiliki
prioritas yang lebih utama, sehingga atom hidrogen (H) pada urutan paling
akhir. Jika keseluruhan prioritas disekitar kiral pusat telah ditentukan,
kemudian dilihat susunan gugus mulai dari yang memiliki priotitas rendah
(biasanya H). jika urutan prioritas gugus tersusun menurut arah jarum jam
disekitar pusat kiral, karbon kiral menerima konfigurasi R (Rectus) dan jika
sebaliknya sebagai konfigurasi S (Sinister).
C. Analisis Senyawa Kiral
Pemisahan enantiomer adalah penelitian
yang banyak dilakukan dalam analisis kimia, terutama dalam bidang biologi dan
farmasi, karena obat kiral diberikan sebagai sebagai salah satu
enantiomer atau sebagai campuran rasemat. Sering kali dua enantiomer dari
obat rasemat yang sama memiliki efek farmakologi yang berbeda. Sebagai contoh
S(+)-Propanolol sangat lebih aktif dari pada enantiomernya. Anastetik ketamin
diberikan sebagai campuran rasemat, dan S(+)-ketamin lebih potensi dari pada
R(-)-ketamin, disamping itu bentuk R(-)- menyebabkan efek setelah operasi.
Karena efek samping yang mungkin disebabkan oleh hadirnya component campuran
dalam rasemat obat, sehingga saat ini kecendrungan industry farmasi dalam
mempersiapkan obat dalam satu enantiomer saja. Bagaimanapun hasilnya dari
beberapa obat melalui reaksi stereoselektif atau proses penyiapan pemisahan enantiomer
bisa memberikan bahan yang tidak murni. Jadi diperlukan metode analisis yang
sensitif karena daya pemisahan yang tinggi, diperlukan untuk mengontrol proses
sintesis senyawa kiral untuk sediaan farmasi.
Satu pendekatan dalam pemisahan
enantiomer, kadang-kadang ditunjukkan sebagai pemisahan enantiomer secara tidak
langsung, melibatkan penggabungan enantiomer dengan reagen kiral tambahan untuk
mengubah molekul tersebut menjadi diastereomer. Senyawa diastrereomer tersebut
bisa kemudian dipisahkan dengan beberapa tehnik pemisahan akiral (Davankov
V.A.).
Pada saat ini, metode pemisahan secara
langsung biasanya dangan cara yang mana enantiomer ditempatkan dalam
lingkungan kiral. Sebagai suatu prinsip penggunaan kiral selektor atau kiral
irradiasi (misalnya : sinar cahaya terpolarisasi yang mana terdiri dari dua
komponen kiral sirkular yang terpolarisasi) bisa membedakan dengan jelas antara
dua enantiomer. Kiral selektor bisa merupakan suatu molekul atau permukaan
kiral yang cocok. Dalam kaitannya dengan enantioselektif dari interaksi kedua
enantimer, kiral selektor mengubah salah satu dari kedua enantiomer dengan
kecepatan berbeda menjadi suatu senyawa kimia baru (kinetik enantioselektif)
atau membentuk molekul labil pada stabilitas yang berbeda dengan enantiomer
tersebut (termodinamika enantioselektif), atau perubahan bentuk L atau D dengan
sistem selektif enzimatis (Davankov V.A.), Cara lain yang sering ditempuh para
ahli kimia adalah rute biokimia dengan memakai enzim atau mikroorganisme untuk
memproduksi enantiomer murni. Sebagai contoh (R)-Nikotina dapat diperoleh
dengan cara menginkubasi campuran rasemik (R)-Nikotina dan (S)-Nikotina dalam
wadah berisi bakteri Pseudomonas putida. Bakteri tersebut hanya akan
mengoksidasi (S)-Nikotina, sedangkan (R)-Nikotina akan tersisa dalam wadah
tersebut (Fendy, 2006).
Metode analisis yang mana telah
digunakan untuk proses pemisahan komponen senyawa kiral termasuk High
Performance Liquid Chromatografi (HPLC), Gas Chromatografi (GC), Thin Layer
Chromatografi (TLC) dan saat ini Capilary Electroforesis (CE) yang terutama
digunakan untuk analisis dari golongan komponen yang berbeda, termasuk ion
organik dan anorganik, peptide, protein, sakarida, obat, isomer optic dan
lainnya. Dalam analisis CE proses pemisahan akan tercapai jika analit, di bawah
pengaruh pemberian medan listrik, bergerak kearah detektor dengan kecepatan
yang berbeda (Fanali S).
Selain metode CE merupakan analisis
dengan daya pemisahan dan efisiensi yang tinggi dan dapat dibandingkan dengan
metode lainnya, juga memiliki kelebihan lainnya yaitu : (Fanali S)
1.
Volume sampel dan buffer yang diperlukan relatif dalam jumlah kecil
2.
Kolom kiral yang mahal dapat dihindari karena kiral selektor dapat
ditambahkan dengan mudah ke BGE (Background Elektrolyte)
3.
Pemisahannya sangat reproduksibel karena buffer dengan kiral selektor dapat
diisi ulang saat proses
Beberapa obat yang beredar dalam bentuk
campuran rasemik Contohnya adalah: (Tanujaya H dan Melisa,2009)
1. Obat Thalidomide
Obat ini dipasarkan di Eropa sekira tahun
1959-1962 sebagai obat penenang. Obat ini memiliki dua enantiomer, di mana
enantiomer yang berguna sebagai obat penenang adalah (R)-Thalidomide. Tetapi
ibu hamil yang mengonsumsi enantiomernya yaitu (S)-Thalidomide justru mengalami
masalah dengan pertumbuhan anggota tubuh janinnya. Sedikitnya terjadi 2000
kasus kelahiran bayi cacat pada tahun 1960-an. Hal ini merupakan tragedi besar
yang tidak dapat dilupakan dalam sejarah obat-obat kiral.
2. Nikotin
(-)Nikotin dilaporkan lebih beracun dan
berbahaya dibandingkan dengan (+)Nikotin. Tanda “+” menyatakan arah rotasi
polarimeter sesuai arah jarum jam, sedangkan tanda “-” menyatakan arah rotasi
polarimeter berlawanan arah jarum jam.
3. Tiroksin
Tiroksin adalah hormon yang dihasilkan
kelenjar tiroid. (-) Tiroksin meregulasi metabolisme tubuh, sedangkan (+)
Tiroksin tidak menghasilkan efek regulasi apa pun.
4. Epinefrin
Epinefrin rasemik merupakan campuran 1:1
d-isomer dan l-isomer epinefrin. Mekanisme aksi epinefrin adalah pada reseptor
a adrenergik; terbukti menyebabkan vasokonstriksi dan mengurangi udem.
Pengurangan udem mukosa larings akan meningkatkan diameter jalan nafas sehingga
stridor inspirasi dan retraksi akan berkurang. L-Epinephrine itu sedikitnya
sama efektif seperti epinephrine racemic dalam perawatan laryngotracheitis dan
tidak membawa resiko / efek samping tambahan. L-Epinephrine juga lebih tersedia
di seluruh dunia, lebih murah, dan dapat direkomendasikan untuk mengobati
laryngotracheitis.
Aktivitas biologi dari dextro(+) enansiomer adrenergic agonists (epinefrin) diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan levo(—) enantiomernya.
Epinefrin rasemik baik untuk mengobati croup derajat sedang dan berat. Penderita yang telah diterapi dengan epinefrin rasemik aman untuk dipulangkan jika dalam 3 jam, tidak terdapat stridor saat istirahat, udara yang masuk normal, kesadaran baik atau jika skor croup <2.
Aktivitas biologi dari dextro(+) enansiomer adrenergic agonists (epinefrin) diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan levo(—) enantiomernya.
Epinefrin rasemik baik untuk mengobati croup derajat sedang dan berat. Penderita yang telah diterapi dengan epinefrin rasemik aman untuk dipulangkan jika dalam 3 jam, tidak terdapat stridor saat istirahat, udara yang masuk normal, kesadaran baik atau jika skor croup <2.
5. Tramadol
Tramadol HCl adalah analgesik kuat yang
bekerja pada reseptor opiat. Tramadol mengikat secara stereospesifik pada
reseptor di sistem saraf pusat sehingga menghentikan sensasi nyeri dan respon
terhadap nyeri.
Tramadol merupakan campuran rasemik 1:1
dari 2 enantiomer, Enantiomer (+) tramadol and Enantiomer (-) nya memiliki
potensi berbeda terhadap reseptor opioid dan sisi monoamine uptake (Raffa et
al., 1993). Enantiomer ( ) tramadol secara cepat termetabolit menjadi
mono-O-desmethyltramadol (M1 metabolite ) yang juga berikatan dengan reseptor
opioid (Raffa et al., 1995; Gibson, 1996).
Aksi ini nampak untuk menghasilkan satu
efek analgesik sinergis, dengan enantiomer (+) dari tramadol yang
memperlihatkan aktivitas analgesik 10 fold lebih tinggi dibanding enantiomer
(-)nya. Enantiomer (-) menghambat reuptake norepinephrine dengan menstimulasi
reseptor alpha(2)-adrenergic (Goeringer et al., 1997). Enantiomer (-) tramadol
ternyata kira-kira 5-kali lebih kuat untuk menghambat noradrenaline daripada
asupan serotonin (IC50 1,6 µmol/L vs 8,6 µmol/L) dan sebaliknya lah yang
terjadi untuk Enantiomer (+)nya. Kedua enantiomer diberikan pada aksi analgesik
tramadol.
- Enantiomer dan Karbon Tetrahedral
Cobalah untuk memperhatikan senyawa CH3X, CH2XY, dan CHXYZ. Pada sisi kiri adalah 3 molekul dan sebelah kanannya adalah bayangan cermin dari 3 senyawa tersebut. Senyawa CH3X, dan CH2XY adalah identik dengan bayangan cerminnya. Jika Anda membuat model molekul dari setiap molekul dan molekul bayangan cerminnya, maka akan didapatkan bahwa Anda dapat menghimpitkan suatu molekul dengan bayangan cerminnya (superimposed). Tidak seperti CH3X, dan CH2XY, CHXYZ tidak identik dengan bayangan cerminnya. Anda tidak dapat melakukan superimposed model molekulnya dan model molekul bayangan cerminnya, sama seperti Anda menghimpitkan tangan kanan dengan tangan kiri Anda. Mungkin Anda dapat menghimpitkan 2 subtituennya, misal X dan Y, namun H dan Z akan saling berkebalikan. Begitu pula H dan Z jika dihimpitkan, X dan Y akan juga saling berkebalikan.
Molekul bayangan cermin yang tidak dapat
dihimpitkan disebut enantiomer (dalam bahasa Yunani enantio
berarti berlawanan/opposite). Enantiomer berkaitan dengan
karbon tetrahedral. Misalkan asam laktat (asam 2-hidroksipropanoat)
yang merupakan sepasang enantiomer karena mempunyai empat gugus yang
berbeda (-OH, -H, -CH3, -CO2H) pada atom karbon sebagai pusatnya. Enantiomer
tersebut disebut (+)-asam laktat dan (-)-asam laktat.
Seberapa keras Anda mencoba, taruhan! Anda tidak mungkin menghimpitkan molekul (+) asam laktat pada molekul (-) asam laktat. Jika dua gugus dapat dihimpitkan, misalnya –H dan – COOH, dua gugus yang lain tak akan bisa berhimpitan.
B.Kiralitas
Jika suatu molekul tidak dapat dihimpitkan dengan bayangan cerminnya berarti kedua senyawa enantiomer disebut kiral/chiral (ky-ral dalam bahasa Yunani cheir, berarti “tangan”). Bagaimana kita memprediksi apakah suatu molekul tersebut kiral atau tidak? Molekul yang tidak kiral jika mengandung sisi simetri (plane of simmetry). Sisi simetri yang dimaksud adalah sisi datar yang dipotong melewati tengah-tengah dari molekul. Sebagai contoh tabung Erlenmeyer mempunyai sisi semetri. Jika kita memotong tabung Erlenmeyer secara vertikal, akan nampak sisi satu akan merupakan bayangan cermin sisi yang lain. Salah satu tangan kita tidak mempunyai sisi simetri karena sisi setengahnya bukan merupakan bayangan cermin. Molekul yang mempunyai sisi simetri dalam berbagai kemungkinan dalam konformasinya harus identik dengan bayangan cermin dan karena itu merupakan senyawa nonkiral atau biasa disebut akiral. Kebanyakan, walau tidak semua, penyebab adanya kiralitas pada suatu senyawa dikarenakan adanya atom karbon yang mengikat 4 gugus berbeda. Atom karbon tersebut diistilahkan sebagai pusat kiralitas (chirality centers). Catatan, kiralitas merupakan sifat dari keseluruhan molekul, dimana pusat kiralitas adalah ciri struktur yang menyebabkan kiralitas.
Kiralitas bukan hanya ditentukan berdasarkan perbedaan atom yang terikat langsung pada karbon, tetapi perbedaan keempat gugus yang terikat dengan karbon sebagai pusat kiral. Misalnya 5- bromodekana merupakan senyawa kiral karena mengikat empat gugus yang berbeda.
Substituen
butil mirip dengan substituen pentil. Akan tetapi keduanya tidaklah
sama Contoh lainnya adalah metilsikloheksana. Apakah molekul tersebut
kiral? Metilsikloheksana merupakan molekul akiral, sebab tidak memiliki
empat gugus yang berbeda yang terikat pada satu karbon. Sebagaimana yang
tampak pada gambar 6.5, atom C2, C3, C4, C5, dan C6 jelas bukan atom kiral
sebab memiliki dua atom H yang identik (-CH2-). Atom C1 terikat dengan H,
CH3, C2 dan C6, di mana atom C2 terkat pada C3-C4 sedangkan C6 terikat
pada C5-C4. Oleh karena C2-C3-C4 identik dengan C6-C5-C4 maka atom C1
bukan atom kiral. Jadi secara keseluruhan, senyawa metilsikloheksana
bukan molekul kiral. Coba bandingkan dengan 2-metilsikloheksanon
yang memiliki pusat kiral pada karbon nomor 2.
Senyawa kiral adalah ketika empat ligan yang berbeda terikat kepada karbon tetravalent, menghasilkan molekul asimetris yang mana atom karbon sebagai pusat asimetrisnya. Senyawa kiral mempunyai jumlah yang cukup besar dari ribuan bahan kimia yang telah digunakan. Sebagian masyarakat mungkin kurang memperhatikan sifat optis suatu senyawa organik, padahal reaksi kimia dalam sistem biologis makhluk hidup sangat stereospesifik. Artinya suatu stereoisomer akan menjalani reaksi yang berbeda dengan stereoisomer pasangannya dalam sistem biologis makhluk hidup. Bahkan terkadang suatu stereoisomer akan menghasilkan produk yang berbeda dengan stereoisomer pasangannya dalam sistem biologis makhluk hidup (Fendy, 2007). Penelitian mengenai senyawa eugenol banyak dilakukan karena sering dimanfaatkan dalam berbagai industri sehingga diharapkan dalam penelitian ini agar didapatkan manfaat metil eugenol yang lebih optimal sehingga dapat diubah menjadi bahan dasar untuk pembuatan senyawa-senyawa yang lebih berdaya guna salah satunya senyawa 1-(3,4 Dimetoksi Fenil)-2-Propanon yang merupakan bahan dasar dalam pembuatan α-metil DOPA. Didalam dunia kedokteran senyawa α-metil DOPA digunakan sebagai obat anti Parkinson (Widowati, 2011).
Penentuan setiap gugus yang melekat pada pusat kiral
berdasarkan nomor atom yang bersangkutan. Nomor atom yang lebih berat memiliki
prioritas yang lebih utama, sehingga atom hidrogen (H) pada urutan paling
akhir. Jika keseluruhan prioritas disekitar kiral pusat telah ditentukan. jika
urutan prioritas gugus tersusun menurut arah jarum jam disekitar pusat kiral,
karbon kiral menerima konfigurasi R (Rectus) dan jika sebaliknya sebagai
konfigurasi S (Sinister). Cara penentuan konfigusai R atau S sebagai berikut :
1. Urutkan prioritas keempat atom yang terikat pada
pusat kiral berdasarkan nomor atomnya. Diketahui nomor atom Br = 35, Cl = 17, F
= 9, H = 1, maka urutan prioritas keempat atom di atas adalah Br > Cl > F
> H.
2. Gambarkan proyeksi molekul sedemikian rupa hingga
atom dengan prioritas terendah ada di belakang atau putar struktur (1) dan (2)
sehingga atom H ada di belakang.
3. Buat anak panah mulai dari atom/gugus berprioritas
paling tinggi ke prioritas yang lebih rendah.
4.
Bila arah anak panah searah jarum jam, konfigurasinya adalah R. Bila arah anak
panah berlawanan dengan arah jarum jam, konfigurasinya adalah S. Jadi
konfigurasi struktur (1) adalah S, sedangkan konfigurasi struktur (2) adalah R.
- Molekul yang memiliki lebih dari dua Pusat Kiral
Ternyata
sebuah pusat kiral dalam satu molekul memberikan 2 stereoisomer (sepasang
enantiomer) dan 2 pusat kiral dalam satu molekul memberikan maksimum 4
stereoisomer atau 2 pasang enantiomer. Secara umum, sebuah molekul dengan
n pusat kiral mempunyai maksimum 2n stereoisomer atau 2n-1
pasang enantiomer, walaupun mungkin bisa kurang karena
mungkin beberapa stereoisomer adalah senyawa meso. Contohnya
kolesterol mengandung 8 pusat kiral, memungkinkan 28 = 256 stereoisomer, walaupun
beberapa diantaranya terlalu rumit untuk eksis, hanya ada 1 yang terdapat
di alam.
1. Obat ini memiliki dua enantiomer, di mana enantiomer yang berguna sebagai obat penenang adalah (R)-Thalidomide. Tetapi ibu hamil yang mengonsumsi enantiomernya yaitu (S)-Thalidomide justru mengalami masalah dengan pertumbuhan anggota tubuh janinnya. mengapa hal ini bisa terjadi dan bagaimana reaksi yang terjadi?
2. kiral selektor mengubah salah satu dari kedua enantiomer dengan kecepatan berbeda menjadi suatu senyawa kimia baru (kinetik enantioselektif) atau membentuk molekul labil pada stabilitas yang berbeda dengan enantiomer tersebut (termodinamika enantioselektif), atau perubahan bentuk L atau D dengan sistem selektif enzimatis. bagaimana cara kerja kiral selektor tersebut?
3. metode analisis yang bagaimana yang biasa digunakan dalam kiralitas dan bagaimana cara kerjanya?
No 2
BalasHapusCara lain yang sering ditempuh para ahli kimia adalah rute biokimia dengan memakai enzim atau mikroorganisme untuk memproduksi enantiomer murni. Sebagai contoh (R)-Nikotina dapat diperoleh dengan cara menginkubasi campuran rasemik (R)-Nikotina dan (S)-Nikotina dalam wadah berisi bakteri Pseudomonas putida. Bakteri tersebut hanya akan mengoksidasi (S)-Nikotina, sedangkan (R)-Nikotina akan tersisa dalam wadah tersebut (Fendy, 2006).
Metode analisis yang mana telah digunakan untuk proses pemisahan komponen senyawa kiral termasuk High Performance Liquid Chromatografi (HPLC), Gas Chromatografi (GC), Thin Layer Chromatografi (TLC) dan saat ini Capilary Electroforesis (CE) yang terutama digunakan untuk analisis dari golongan komponen yang berbeda, termasuk ion organik dan anorganik, peptide, protein, sakarida, obat, isomer optic dan lainnya. Dalam analisis CE proses pemisahan akan tercapai jika analit, di bawah pengaruh pemberian medan listrik, bergerak kearah detektor dengan kecepatan yang berbeda (Fanali S).
No 3 Perlu beberapa langkah untuk memberikan konfigurasi (R) dan (S) kepada suatu karbon kiral sebagai berikut:
BalasHapus1. Urutkan keempat gugus (atau atom) yang terikat pada karbon kiral itu menurut prioritas aturan deret Chan-Ingold-Prelog
2. Proyeksikan molekul itu sedemikian sehingga gugus yang berprioritas rendah berarah kebelakang
3. Pilih gugus berprioritas tertinggi dan tarik suatu anak panah bengkok ke gugus dengan prioritas tertinggi berikutnya
4. Jika panah ini searah jarum jam,maka konfigurasi itu adalah (R). Jika arah anak panah berlawanan dengan jarum jam maka konfigurasi itu adalah (S)
Saya akan menjawab permasalahan No 2
BalasHapusNo 2
Cara lain yang sering ditempuh para ahli kimia adalah rute biokimia dengan memakai enzim atau mikroorganisme untuk memproduksi enantiomer murni. Sebagai contoh (R)-Nikotina dapat diperoleh dengan cara menginkubasi campuran rasemik (R)-Nikotina dan (S)-Nikotina dalam wadah berisi bakteri Pseudomonas putida. Bakteri tersebut hanya akan mengoksidasi (S)-Nikotina, sedangkan (R)-Nikotina akan tersisa dalam wadah tersebut (Fendy, 2006).
No 3 Perlu beberapa langkah untuk memberikan konfigurasi (R) dan (S) kepada suatu karbon kiral sebagai berikut:
BalasHapus1. Urutkan keempat gugus
2. Proyeksikan molekul itu sedemikian sehingga gugus yang berprioritas rendah berarah kebelakang
3. Pilih gugus berprioritas tertinggi dan tarik suatu anak panah bengkok ke gugus dengan prioritas tertinggi berikutnya
4. Jika panah ini searah jarum jam,maka konfigurasi itu adalah (R).
Saya akan mencoba menjawab permasalahan Anda yg ke-1:
BalasHapusDalam kasus obat Thalidomide, kedua enantiomer Thalidomide bercampur sebagai campuran rasemik yaitu campuran yang mengandung sepasang enantiomer dalam jumlah yang sama. Akibatnya orang yang mengkonsumsi Thalidomide bisa merasakan dua efek klinis secara bersamaan.
Berdasarkan kasus obat Thalidomide, maka dikembangkanlah metode untuk memisahkan enantiomer dalam suatu campuran rasemik. Bagaimana caranya memperoleh suatu enantiomer dengan enantiomeric excess (ee) yang tinggi? Enantiomeric excess artinya persentase suatu enantiomer yang berkonfigurasi R dikurangi persentase enantiomer pasangannya yang berkonfigurasi S dalam suatu campuran atau sebaliknya. Cara yang digunakan adalah teknik resolusi (pemisahan dengan pengkristalan) dan penggunaan reaksi enzimatis atau menggunakan mikroorganisme. Dengan adanya metode pemisahan ini maka enantiomer yang diinginkan akan diperoleh dan memperkecil tragedi efek klinis ganda jika enantiomer itu digunakan sebagai obat.
untuk permasalahan nomor 2 Cara lain yang sering ditempuh para ahli kimia adalah rute biokimia dengan memakai enzim atau mikroorganisme untuk memproduksi enantiomer murni. Sebagai contoh (R)-Nikotina dapat diperoleh dengan cara menginkubasi campuran rasemik (R)-Nikotina dan (S)-Nikotina dalam wadah berisi bakteri Pseudomonas putida. Bakteri tersebut hanya akan mengoksidasi (S)-Nikotina, sedangkan (R)-Nikotina akan tersisa dalam wadah tersebut (Fendy, 2006).
BalasHapusMetode analisis yang mana telah digunakan untuk proses pemisahan komponen senyawa kiral termasuk High Performance Liquid Chromatografi (HPLC), Gas Chromatografi (GC), Thin Layer Chromatografi (TLC) dan saat ini Capilary Electroforesis (CE) yang terutama digunakan untuk analisis dari golongan komponen yang berbeda, termasuk ion organik dan anorganik, peptide, protein, sakarida, obat, isomer optic dan lainnya
Nomor 3.
BalasHapusPerlu beberapa langkah untuk memberikan konfigurasi (R) dan (S) kepada suatu karbon kiral sebagai berikut:
1. Urutkan keempat gugus
2. Proyeksikan molekul itu sedemikian sehingga gugus yang berprioritas rendah berarah kebelakang
3. Pilih gugus berprioritas tertinggi dan tarik suatu anak panah bengkok ke gugus dengan prioritas tertinggi berikutnya
4. Jika panah ini searah jarum jam,maka konfigurasi itu adalah (R).
No 3 Perlu beberapa langkah untuk memberikan konfigurasi (R) dan (S) kepada suatu karbon kiral sebagai berikut:
BalasHapus1. Urutkan keempat gugus
2. Proyeksikan molekul itu sedemikian sehingga gugus yang berprioritas rendah berarah kebelakang
3. Pilih gugus berprioritas tertinggi dan tarik suatu anak panah bengkok ke gugus dengan prioritas tertinggi berikutnya
4. Jika panah ini searah jarum jam,maka konfigurasi itu adalah (R).
untuk permasalahan nomor 2 Cara lain yang sering ditempuh para ahli kimia adalah rute biokimia dengan memakai enzim atau mikroorganisme untuk memproduksi enantiomer murni. Sebagai contoh (R)-Nikotina dapat diperoleh dengan cara menginkubasi campuran rasemik (R)-Nikotina dan (S)-Nikotina dalam wadah berisi bakteri Pseudomonas putida. Bakteri tersebut hanya akan mengoksidasi (S)-Nikotina, sedangkan (R)-Nikotina akan tersisa dalam wadah tersebut (Fendy, 2006).
BalasHapusMetode analisis yang mana telah digunakan untuk proses pemisahan komponen senyawa kiral termasuk High Performance Liquid Chromatografi (HPLC), Gas Chromatografi (GC), Thin Layer Chromatografi (TLC) dan saat ini Capilary Electroforesis (CE) yang terutama digunakan untuk analisis dari golongan komponen yang berbeda, termasuk ion organik dan anorganik, peptide, protein, sakarida, obat, isomer optic dan lainnya
untuk permasalahan nomor 2 Cara lain yang sering ditempuh para ahli kimia adalah rute biokimia dengan memakai enzim atau mikroorganisme untuk memproduksi enantiomer murni. Sebagai contoh (R)-Nikotina dapat diperoleh dengan cara menginkubasi campuran rasemik (R)-Nikotina dan (S)-Nikotina dalam wadah berisi bakteri Pseudomonas putida. Bakteri tersebut hanya akan mengoksidasi (S)-Nikotina, sedangkan (R)-Nikotina akan tersisa dalam wadah tersebut (Fendy, 2006).
BalasHapusMetode analisis yang mana telah digunakan untuk proses pemisahan komponen senyawa kiral termasuk High Performance Liquid Chromatografi (HPLC), Gas Chromatografi (GC), Thin Layer Chromatografi (TLC) dan saat ini Capilary Electroforesis (CE) yang terutama digunakan untuk analisis dari golongan komponen yang berbeda, termasuk ion organik dan anorganik, peptide, protein, sakarida, obat, isomer optic dan lainnya
Saya akan mencoba menjawab permasalahan Anda yg ke-1:
BalasHapusDalam kasus obat Thalidomide, kedua enantiomer Thalidomide bercampur sebagai campuran rasemik yaitu campuran yang mengandung sepasang enantiomer dalam jumlah yang sama. Akibatnya orang yang mengkonsumsi Thalidomide bisa merasakan dua efek klinis secara bersamaan.
Berdasarkan kasus obat Thalidomide, maka dikembangkanlah metode untuk memisahkan enantiomer dalam suatu campuran rasemik. Bagaimana caranya memperoleh suatu enantiomer dengan enantiomeric excess (ee) yang tinggi? Enantiomeric excess artinya persentase suatu enantiomer yang berkonfigurasi R dikurangi persentase enantiomer pasangannya yang berkonfigurasi S dalam suatu campuran atau sebaliknya. Cara yang digunakan adalah teknik resolusi (pemisahan dengan pengkristalan) dan penggunaan reaksi enzimatis atau menggunakan mikroorganisme. Dengan adanya metode pemisahan ini maka enantiomer yang diinginkan akan diperoleh dan memperkecil tragedi efek klinis ganda jika enantiomer itu digunakan sebagai obat.
BalasHapusMetode analisis yang mana telah digunakan untuk proses pemisahan komponen senyawa kiral termasuk High Performance Liquid Chromatografi (HPLC), Gas Chromatografi (GC), Thin Layer Chromatografi (TLC) dan saat ini Capilary Electroforesis (CE) yang terutama digunakan untuk analisis dari golongan komponen yang berbeda, termasuk ion organik dan anorganik, peptide, protein, sakarida, obat, isomer optic dan lainnya.